Jumat, 01 Juni 2012

tugas kompetensi 3 kewirausahaan

TUGAS UJI KOMPETENSI 3

Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah





Oleh:
Muji Desy Susanty
NPM 1123031020



Description: Description: Description: Description: Description: clip_image002
 





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN       PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS                             UNIVERSITAS LAMPUNG                                                     2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah begitu banyak melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas kompetensi 3 mata kuliah Pendidikan Ekonomi dan Kewirausahaan ini diharapkan dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan bagi mahasiswa pada umumnya.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada . Dr. R. Gunawan Sudarmato, S.Pd., S.E., M.M dan  Drs. Nurdin, M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Ekonomi dan Kewirausahaan dan teman-teman mahasiswa yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan, baik mengenai isi maupun tata letak dan penulisan, penulis sangat berharap agar pembaca dapat memberikan masukan atau perbaikan  untuk yang akan datang.  Terima Kasih.


Bandar Lampung,  1 Juni 2012


                 Penyusun




DAFTAR ISI
                                                                                                                                    Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

I.    PENDAHULUAN ...........................................................................                   4
      1.1 Latar Belakang ...........................................................................                     9
      1.2 Tujuan Penelitian.........................................................................                     9
      1.3 Kegunaan  Penelitian...................................................................                     9
     
II. PEMBAHASAN .............................................................................                     9
2.1  Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi  .....................                     9
2.1.1        Pendidikan Kewirausahaan terintegrasi dalam seluruh
Mata pelajaran  ...............................................................                    9
2.1.2        Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan
Ekstakurikuler    .............................................................                    11
2.1.3        Pendidikan Kewirausahaan melalui pengembangan diri                    11
2.1.4        Perubahan Pelaksanaan pembelajaran Kewirausahaan
Dari konsep teori ke pembelajaran praktik berwirausaha                    14
2.1.5        Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan
Atau Buku Ajar   ............................................................                    14
2.1.6        Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Melalui Kultur
Sekolah  .........................................................................                    14
2.1.7        Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Melalui muatan
Lokal   ...........................................................................                     15
           
2.2   Perkembangan Kewirausahaan sebagai Subjek terpisah............                16
2.3   Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan        17
III.       KESIMPULAN.........................................................................                19

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sangat membutuhkan pendidikan sebagai sumber daya manusia. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan setiap manusia. Setiap situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang merupakan pengalaman belajar. Pendidikan berlangsung tidak dalam batas usia tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hidup sejak lahir hingga akhir hayatnya. Keberhasilan Pembangunan  suatu bangsa  sangat  ditentukan oleh kualitas pendidikan warga bangsa tersebut, karena dengan pendidikan yang baik manusia dapat mencapai kesejahteran hidup, mengembangkan potensi dirinya, mewujudkan kehidupan lebih baik, dan berpartisipasi secara lebih aktif dalam pembangunan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nerakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi dan tujuan diatas, menunjukkan bahwa pendidikan disetiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Permasalahannya adalah apakah pendidikan di masing-masing satuan pendidikan telah diselenggarakan dengan baik, dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk melihat mutu penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa indicator mutu hasil pendidikan yang selama ini digunakan diantaranya adalah Ujian Nasional (UN), persentase kelulusan, angka drop out (DO), angka mengulang kelas, presentase lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya. Indikator-indikator tersebut cenderung bernuansa kuantitatif, mudah pengukurannya dan bersifat universal. Di samping indikator kuantitatif, indikator mutu hasil pendidikan lainnya yang sangat penting untuk dicapai adalah indikator kualitatif yang meliputi: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Indikator kualitatif tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik dan berkaitan dengan pembentukan sikap serta ketrampilan/skill berwirausaha peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, memiliki sikap dan ketrampilan/skill berwirausaha.

Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional terutama yang mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan sikap dan perilaku wirausaha peserta didik, selama ini belum dapat diketahui secara pasti. Hal ini mengingat pengukurannya cenderung bersifat kualitatif, dan belum ada standar nasional untuk menilainya. Pada dasarnya pendidikan kewirausahaan ditujukan untuk menjadikan anak didik  memiliki pribadi-pribadi yang tangguh dalam berbagai bidang dan aspek yang mereka miliki sehingga mereka dapat menjadi orang-orang yang sukses dalam bidangnya.

Pada kenyataan saat ini, anak didik yang kita didik saat ini belum memiliki pribadi-pribadi kewirausahaan yang tangguh dan unggul. Hal ini dapat kita lihat dari hal yang kecil bagaimana mereka dalam menyelesaikan maslah-masalahnya yang cenderung mengeluh, ketergantungan dan mudah putus asa. Nilai-nilai kewirausahaan belum melekat pada mereka.  Hal ini akan berdampak negatif bagi masa depan anak didik pada khususnya dan  dampak negatif  bagi kemajuan negara pada umumnya.  Selain itu, berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan karakter dan perilaku wirausaha peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja. Untuk itu, perlu dicari penyelesaiannya, bagaimana pendidikan dapat berperan untuk mengubah manusia menjadi manusia yang memiliki karakter dan atau perilaku wirausaha. Untuk mencapai hal tersebut bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik agar memiliki karakter dan atau perilaku wirausaha yang tangguh pada bidang yang mereka miliki.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), pendidikan kewirausahaan juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan kewirausahaan di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, berlakunya sistem desentralisasi berpengaruh pada berbagai tatanan kehidupan, termasuk pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi kebebasan kepada pengelolaan pendidikan. Adanya kebebasan dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu yang ditekuninya.
Engkoswara (1999), menyatakan bahwa kehidupan manusia Indonesia menjelang tahun 2020 akan semakin membaik dan dinamik. Untuk itu kualitas lulusan dituntut memiliki kemampuan kemandirian yang tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman, hambatan yang diakibatkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tantangan yang terjadi pada era Global adalah semakin menipisnya kualitas kemandirian manusia Indonesia. Krisis yang melanda Indonesia yang multidimensi mengakibatkan budaya bangsa semakin memudar, yaitu terjadinya degradasi moral spiritual, semangat berusaha dan bekerja yang semakin melemah, kreativitas yang semakin mengerdil dan menjurus ke arah yang negatif. Melalui pengembangan individu diharapkan secara keseluruhan masyarakat akan mengalami “self empowering” untuk lebih kreatif dan inovatif. Kecenderungan terjadinya perubahan tidak dapat dihindari semua pihak, baik individu, kelompok masyarakat, bangsa, maupun negara, sehingga dituntut untuk lebih memfokuskan diri pada penyusunan rencana strategik dengan visi yang jauh ke depan agar siap menghadapi setiap perubahan. Realita yang ada, banyak lulusan pendidikan yang tidak mampu mengisi lowongan pekerjaan karena ketidak cocokan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja. Disamping itu penyerapan tenaga kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta yang sangat terbatas, akan memberi dampak jumlah tingkat pengangguran akan meningkat pada setiap tahunnya. Padahal apapun profesi yang ditekuni selama kita bisa menjadi pribadi yang anggul maka akan selalu berguna untuk diri sendiri dan orang lain.

Kualitas pendidikan harus terus menerus ditingkatkan. Kualitas pendidikan terkait dengan kualitas proses dan produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses pembelajaran tersebut secara bermakna. Kualitas produk tercapai apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan kebutuhannya dalam kehidupan dan dan menjadikan pribadi yang unggul. Dengan demikian untuk mencapai kemampuan di atas perlu adanya analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah.

1.2  Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini bertujuan antara lain:
a.       Untuk mengetahui Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah
b.      Untuk mengetahui manakah yang lebih efektif dan efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi atau Sebagai Subjek Terpisah

1.3  Kegunaan Penulisan
Kegunaan penulisan karya tulis ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah pendidikan ekonomi dan kewirausahaan.










BAB. II
PEMBAHASAN

2.1          Pembelajaran Kewirausahaan Secara Terintegrasi
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha.
Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepas sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.

2.1.1        Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 nilai pokok yaitu : mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan secara terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Edangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a.       Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
b.      Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD kedalam silabus.
c.       Mengembangkan  langkah  pembelajaran  peserta  didik  aktif  yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d.      Memasukkan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP
Contoh silabus yang terintegrasi nilai-nilai kewirausaan dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat pada lampiran 2.

2.1.2        Pendidikan Kewirausahaan Yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengerpresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri atau kelompok.
Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang bisa diberi muatan pendidikan
kewirausahaan antara lain :
a.       Olah raga,
b.      Seni Budaya,
c.       Kepramukaan,
d.      Pameran,
e.       Dsb

2.1.3.      Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kulikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll).

Dalam program pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal sebagai berikut:

a.         Kegiatan rutin Sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah: upacara setiap hari senin, upacara pada hari besar kenegaraan. Pada pelaksanaan kegiatan ini dapat diintegrasikan nilai kewirausahaan (kepemimpinan), dengan cara secara memberi tugas pada setiap kelas secara bergantian untuk menjadi panitian pelaksana. Dengan cara ini peserta didik dapat belajar mengkoordinir temantemanya untuk melaksanakan tugasnya sebagai panitia. Beribadah bersama/sembahyang bersama setiap Dzuhur (bagi yang beragama Islam). Dengan kegiatan ini dapat juga diintegrasikan nilai kewirausahaan kepemimpinan dengan cara melibatkan anak menjadi imam dan memberi kultum 5-7 menit secar bergantian dengan disusun jadwal.

b.        Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. Sebaliknya anak yang berperilaku baik diberi pujian.  Misalnya: Guru melihat anak mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji, maka anak tersebut diberi pujian (nilai kepemimpinan)

c.         Teladan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai terebut. Misalnya datang di kantor tepat pada waktunya, bekerja keras, jujur.

d.        Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan kewirausahaan maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah harus mencerminkan kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai kewirausahaan bangsa yang diinginkan. Misalnya sekolah memiliki business center, hasil kreativitas peserta didik di pajang, setiap seminggu sekali atau sebulan sekali ada kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll).

2.1.4.      Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Dari konsep/Teori Ke Pembelajaran Praktik Berwirausaha

Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran bagi mereka yang memiliki bakat untuk berdagang.  Selain itu mereka yang berbakat untuk karya tulis mereka dapat lebih berkeratifitas dalam hasil karyanya tidak hanya sekedar membuat novel, cerpen, mereka dapat membuat artikel yang dapat mereka tempel didinding mading,  dsb.

2.1.5.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke Dalam Bahan/Buku Ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatankegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.

Sebaiknya buku ajar dibuat oleh guru bidang studi itu sendiri yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang telah diselipkan nilai-nilai kewirausahaan sehingga isinya lebih bermakna.

3.    Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah). Jika kultur sekolah pun sudah terbentuk tentunya akan menjadi sekolah yang unggul karena terwujudnya ekolah yang disiplin dari segala aspek, berkarakter, berkepribadian, dan tentunya mencetak siswa-siswa yang unggul.

2.1.6.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di lingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun  RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

2.2.      Pembelajaran Kewirausahaan Sebagai Subjek Terpisah

Berdasarkkan kurikulum yang digunakan saat ini,  pembelajaran kewirausahaan adalah sebagai subjek terpisah.  Dalam  hal ini, pembelajaran kewirausahaan sebagai subjek terpisah adalah pembelajaran kewirausahaan yang merupakan sebagai salah satu bidang studi tersendiri yang khusus diajarkan kepada siswa.  Terutama untuk jenjang pendidikan tingkat perguruan tinggi dan SMK, yang mana pendidikan kewirausaah merupakan pelajaran berdiri sendiri yang muatannya dipelajari secara rinci.  Kita ketahui bahwa jenjang pendidikan untuk tingkat pendidikan SMK dan perguruan tinggi adala menyiapkan anak didik yang siap ke dunia kerja sehingga pembelajaran kewirausahaan di tingkat perguruan tinggi dan SMK diarahkan untuk memprakarsai, mengorganisasi, mengembangkan wirausahanya secara nyata (berorientasi pada laba) berdasarkan bidangnya masing-masing. Hal ini mengacu pada teori Drucker, 1985 Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar”.  Dengan demikian  pembelajaran kewirausahaan perlu adanya pembelajaran yang terpisah agar siswa lebih mendalami pembelajaraan kewirausahaan itu sendiri.   

Sedang untuk tingkat SMA pembelajaran kewirausahaan hanya berupa gambaran secara umum karakteristik kewirausahaan tanpa dipelajari secara mendalam. Untuk tingkat SD, SMP puntidak mendalam, hanya bersifat mengkaji sebagian kecil dari karakteristik kewirausahaa itu sendiri.

Dengan demikian pembelajaran kewirausaan sebagai subjek terpisah itu hanya terjadi pada jenjang pendidikan tingkat SMK dan perguruan tinggi sesui dengan visi misi dari jenjang pedidikan itu sendiri.

2.3   Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan

Efisiensi dan efektivitas berkenaan dengan upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran bagi siswa melalui interaksi antara lain interaksi kelas, pembelajaran di perpustakaan; pekerjaan laboratorium dan tugas akhir.   
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.  Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso,mikro. Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal

Dalam pembelajaran tentunya perlu adanya evaluasi hasil pembelajaram baik bentuk penilaian ataupun yang lain.  Penilaian adalah sebuah proses yang berkelanjutan untuk mendeteksi kekuatan dan kelamahan peserta didik dalam aspek karakter, skill, dan pengetahuan. Setiap tahapan proses belajar dapat terjadi proses penilaian. Misalnya, tahapan eksplorasi peserta didik dinilai tentang kemampuan merancang alat pencatan data, kemampuan melihat peluang, mengambil kesimpulan, dan pada saat action dapat dilihat tentang kerjasamanya, ketepatan waktu, keterampilan mengelola bahan. Pada tahapan komunikasi dinilai kemampuan menjelaskan tentang materi pelajaran, kemampuan persuasifnya, dan sikap menghargai lawan bicaranya.

Rancangan penilaian kemampuan peserta didik dalam  pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
Di tingkat PAUD/TK dan SD/MI/SDLB/Paket A diintegrasikan dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Di tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB bisa diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran atau terwujud dalam kegiatan life skills, maupun dalam muatan lokal/ekstrakurikuler. Sedangkan di tingkat SMK/Paket C, ada beberapa model pendidikan kewirusahaan, maka penilaiannya dapat terintegrasi pada semua mata pelajaran, terwujud dalam kegiatan life skills, muatan lokal/ekstrakurikuler, serta melekat pada mata pelajaran. Penilaian pendidikan kewirausahaan didasarkan pada rubrik-rubrik yang mencakup aspek pemahaman (kognitif), aspek afektif dan keterampilan mengorganisir.

Kita ketahui sebelumnya bahwa nilai-nilai kewirausahaan itu adalah nilai-nilai luhur yang harus kita junjung untuk menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang unggul. Pembelajaran kewirausaah dipelajari sebagai subjek yang terpisah akan efektif jika dalam pembelajaran tersebut anak didik benar benar ditanamkan nilai-nilai kewirausahaan yang tidak hanya berorientasi untuk mejadi seorang pembisnis yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan uang semata. Dalam pembelajaran ini akan lebih efektif jika anak didik dipacu untuk menjadi wirausahawan yang unggul dalam bidangnya. Hal ini tentunya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak didik. Dalam mata pelajaran ini anak didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan apa yang menjadi angan-angan atau cita-cita mereka tanpa ada  unsur dominasi dari guru.  Guru bersifat menanamkan, mengarahkan, membimbing siswa, mensuport siswa dalam menghadapi kendala-kendala yang mereka hadapi.  Untuk itu sebaiknya jika pembelajarannya merupakan subjek yang terpisah.  Alangkah efektif dan efesien jika pembelajaran kewirausaan juga dibelajarkan secara terintegrasi keseluruh aspek dan bidang studi lainnya.   Hal ini tentunya akan lebih mendukung  untuk anak didik kita.  Dikarenakan bakat dan  kemampuan mereka yang beragam tentunya akan berhubungan dengan bidang studi lainnya.  Selain itu jika pembelajaran kewirausahaan di ajarkan secara terintegrasi disetiap bidang studi tentunya pembelajarn kewirausahaan dapat diajarkan mulai sejak dini dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi bahkan dalam pendidikan non formalpun dapat diajarkan. 

Hal ini tentunya akan lebih efektif untuk menjadikan anak didik kita menjadi manusia yang  lebih unggul dari pada pembelajaran kewirausahan yang diajarkan sebagai subjek yang terpisah yang hanya ada pada tingkat SMK dan perguruan tinggi.













BAB 111
KESIMPULAN


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nerakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada dasarnya pendidikan kewirausahaan ditujukan untuk menjadikan anak didik  memiliki pribadi-pribadi yang tangguh dalam berbagai bidang dan aspek yang mereka miliki sehingga mereka dapat menjadi orang-orang yang sukses dalam bidangnya. Dan pada kenyataan saat ini, anak didik yang kita didik saat ini belum memiliki pribadi-pribadi kewirausahaan yang tangguh dan unggul. Hal ini dapat kita lihat dari hal yang kecil bagaimana mereka dalam menyelesaikan masalah-masalahnya yang cenderung mengeluh, ketergantungan dan mudah putus asa. Nilai-nilai kewirausahaan belum melekat pada mereka.  Hal ini akan berdampak negatif bagi masa depan anak didik pada khususnya dan  dampak negatif  bagi kemajuan negara pada umumnya.  Selain itu, berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan karakter dan perilaku wirausaha peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja.
Mengingat pentingnya pendidikan kewirausahaan bagi anak didik maka dalam praktik di sekolah, untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain Pembenahan dalam Kurikulum, Peningkatkan Peran Sekolah dalam Mempersiapkan Wirausaha, Pembenahan dalam Pengorganisasian Proses Pembelajaran, Pembenahan Proses Kelompok, Pembenahan pada Diri Guru.  Dalam hal ini seorang guru harus mampu menciptakan model pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan efesien agar pembelajaran kewirausahaan dapat dengan mudah melekat pada diri anak didik sehingga dapat membekali mereka untuk menjadi pribadi yang tangguh dan unggul.

Pembelajaran kewirausahaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu diajarkan secara terpisah atau secara terintegrasi.  Pembelajaran kewirausaah dipelajari sebagai subjek yang terpisah akan efektif jika dalam pembelajaran tersebut anak didik benar benar ditanamkan nilai-nilai kewirausahaan yang tidak hanya berorientasi untuk mejadi seorang pembisnis yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan uang semata. Dalam pembelajaran ini akan lebih efektif jika anak didik dipacu untuk menjadi wirausahawan yang unggul dalam bidangnya. Hal ini tentunya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak didik. Peran guru bersifat menanamkan, mengarahkan, membimbing siswa, mensuport siswa dalam menghadapi kendala-kendala yang mereka hadapi. Alangkah efektif dan efesien jika pembelajaran kewirausaan juga dibelajarkan secara terintegrasi keseluruh aspek dan bidang studi lainnya. Dikarenakan bakat dan  kemampuan mereka yang beragam tentunya akan berhubungan dengan bidang studi lainnya dan jika pembelajaran kewirausahaan di ajarkan secara terintegrasi disetiap bidang studi tentunya pembelajarn kewirausahaan dapat diajarkan mulai sejak dini dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi bahkan dalam pendidikan non formalpun dapat diajarkan, yang tentunya akan lebih efektif untuk menjadikan anak didik kita menjadi manusia yang  lebih unggul dari pada pembelajaran kewirausahan yang diajarkan sebagai subjek yang terpisah yang hanya ada pada tingkat SMK dan perguruan tinggi saja.



DAFTAR PUSTAKA



Alma, Buchari, (2009), Kewirausahaan. Bandung: Penerbit ALFABETA

Aunurrahman.(2009). Developing and Documneting The Curricullum. Bostom: Allyn and Bacon
Bloom, Benjamin S (1776). Human Charcteristics and School learning/. New York: McGraw-Hill,Inc

Cole, Peter G. & Lorna KS Chan.(1994). Teaching Principle and Practice. New York: Prentice Hall.

Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran; Menuju Pribadi Unggul Melalui Perbaikan Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM.

Drucker, Peter F, Inovasi dan Kewiraswastaan :Praktek dan Dasar-Dasar (terjemahan). Jakarta : Erlangga, 1996.

Engkoswara, (1999), Instructional Strategy of Civic Education at Certain School Level, Bandung, Center for Indonesian Civic Education.

Erine Maulidya, (2012), Makalah Pendidikan Kewirausahaan. UNILA: Magister Pendidikan IPS

Gagne, R.M., and Briggs, L.J. (1974).Principles of Instructional Design . New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gede Raka “Beberapa Pandangan Mengenai Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. John W. Santrock. (1995) Life – Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanjaya.

Kementrian Pendidikan Nasional Bandan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan kewirausahaan. Jakarta.

Wina. (2009). Strategi pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Scharg, Adele F dan Robert P. Poland, 1987. A System for Teaching Business Education.
New York : McGraw-Hill Book Company.

Sahid Susanto. “Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Penelitian di Perguruan Tinggi”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999.

Suprodjo Pusposutardjo “Pengembangan Budaya Kewirausahaan Melalui Matakuliah
Keahlian”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP
YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999.

Suyanto. “Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Kegiatan Pembelajaran di
Perguruan Tinggi”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan
Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999.

Timmon, Jeffry & Stephen Spinelli.(2007). New Venture Creation, Enterpreneurship for the
21st Century. New York:Mgraw-Hill, Inc.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar