Kamis, 01 November 2012

Pendekatan sistem dalam desain pembelajaran





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Proses kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu murid dan guru. Perilaku guru adalah mengajar. Sedang perilaku siswa adalah belajar. Madeline Hunter mengatakan bahwa mengajar adalah sebuah proses memuat dan melaksanakan sebuah keputusan, selama, dan sesudah proses pembelajaran. Belajar kini dikonsepsionalisasikan dengan aktivitas siswa untuk melakukan eksplorasi, kajian, pembahasan dan penyimpulan, sementara guru menjadi fasilitator dan atau mitra bagi siswa dalam belajar.
Seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individu, sebab masing-masing anak mempunyai perbedaan di dalam pengalaman, kemampuan, dan sifat pribadi. Dengan adanya semangat belajar diharapkan dapat timbul kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dengan penuh inisiatif, dan kreatif dalam pekerjaannya. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri.
Pada proses belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar. Upaya peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang memengaruhinya.  Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.  Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Untuk itulah perlunya guru menyusun dan mendesain Model Pembelajaran yang tepat agar kegiatan belajar di kelas betul –betul mampu memotivasi siswa dan menumbuhkan keaktifan siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
·         Perlunya seorang guru memahami pengertian sistem dan desain pembelajaran.
·         Bagaimanakah pendekatan sistem dalam desain pembelajaran.

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar penulis mampu :
·         Memahami pengertian sistem dan desain pembelajaran
·         Memahami  pendekatan sistem dalam desain pembelajaran
















BAB .II.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem dan Desain Pembelajaran
Sistem adalah suatu set dari bagian-bagian yang saling berhubungan, semuanya bekerja sama menuju tujuan yang didefinisikan. Bagian-bagian dari sistem saling bergantung pada output (luaran) dan input (masukan), dan seluruh sistem menggunakan umpan balik untuk menunjukkan tujuan yang ingin dicapai. Jika tidak tercapai, maka sistem dimodifikasi sampai mencapai tujuan yang diinginkan. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu sistem. Tujuan sistem ini untuk menyempurnakan belajar. Adapun komponen dari sistem pembelajaran adalah pebelajar, instruktur, materi pembelajaran, dan lingkungan belajar. Komponen-komponen ini berinteraksi agar tujuan dapat dicapai. Misalnya, dalam suatu ruangan tradisional, instruktur mereviu contoh persoalan di dalam buku teks atau buku petunjuk dengan pebelajar di dalam suatu ruangan yang tenang. Untuk menunjukkan apakah belajar itu terjadi, maka asesmen harus dilakukan.
Istilah sistem meliputi spektrum konsep yang sangat luas. Sebagai misal, seorang manusia, organisasi, mobil, susunan tata surya merupakan sistem dan masih banyak lagi. Semua contoh tersebut memiliki batasan sendiri-sendiri yang satu sama lain berbeda. Meskipun demikian terdapat kesamaan dari segi prosesnya dalam hal ini terdapat masukan dan menghasilkan keluaran. Itulah sebabnya pengertian sistem tidak lain adalah suatu kesamaan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
Diskusi mengenai proses pembelajaran hanya terfokus pada waktu ketika pebelajar dan pembelajaran hadir bersama di dalam ruangan kelas dengan tujuan belajar dapat terjadi; tetapi bagaimana dengan persiapan terhadap proses pembelajaran? Bagaimana instruktur memutuskan apa yang dilakukan dan kapan? Bukan suatu hal yang mengejutkan ketika seseorang dengan suatu pandangan sistem melihat persiapan, implementasi, evaluasi, dan revisi pembelajaran sebagai suatu proses yang terintegrasi. Dengan pengertian sistem yang lebih luas, berbagai sumber menyediakan input (masukan) pada persiapan pembelajaran. Output (luarannya) adalah beberapa produk atau kombinasi dari produk dan prosedur yang diimplementasikan. Hasilnya digunakan untuk menunjukkan apakah sistem harus diganti, dan jika demikian bagaimana melakukannya.
Desain secara bahasa adalah kerangka bentuk,rancangan. Secara istilah  Dewi Salma Prawiradilaga mengatakan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar  dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
Dick and Carey pakar teknologi pendidikan menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu desain pembelajaran umumnya pendekatan sitem terdiri atas analisis ,desain,  pengembangan ,implementasi ,dan evaluasi.desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori  belajar, teori evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori –teori yang melandasi desain pembelajaran.
Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas disebutkan Desain Pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik ,perumusan tujuan pembelajaran dan merancang perlakuan berbasis media untuk membnatu terjadinya transisi. ( id.wikipedia org / wiki/desain pembelajaran).
Sejumlah hasil penelitian telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang keseluruhan efektivitas pendekatan sistem dalam desain pembelajaran. Walaupun telah banyak penelitian telah dilakukan seputar berbagai komponen, tetapi studi mendalam yang melibatkan keseluruhan model masih amat sangat jarang karena tingkat kesulitannya sangat tinggi untuk dilakukan. Beberapa studi yang telah dipublikasikan cenderung memberi dukungan kuat pada pendekatan. Sedangkan, yang memberi dukungan utama pada model berasal dari para perancang yang telah menggunakan proses dan telah mendokumentasikan kesuksesan mereka bersama pebelajar.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek proses dan aspek produk. Keberhasilan pembelajaran dari sisi produk adalah keberhasilan siswa  mengenai hasil yang diperoleh  dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan seperti ini cenderung mengkerdilkan  makna pembelajaran itu sendiri.

B. Pendekatan Sistem dalam Desain Pembelajaran
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni (1) pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif; (2) penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran.
Pola pendekatan sistem pembelajaran, menurut Oemar Hamalik (2002: 9), melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah); (2) analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran (analisis masalah); (3) merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan); (4) pelaksanaan pembelajaran (eksperimental); dan (5) menilai dan merevisi.
Dari uraian di atas, dapat penulis rumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran efektif dan efisien dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam pendekatan sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi tujuan, siswa, guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.
Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi dari beberapa komponen-komponen tersebut guru merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran, karena guru bersifat dinamis, sehingga dapat mengelola dan menggerakkan komponen-komponen yang lain.
Dalam pendekatan sistem, pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Komponen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2001: 77) pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan. (Soetopo, 2005: 143).
Kedelapan komponen tersebut rupanya tidak ada satupun komponen yang dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses belajar-mengajar. Misalnya pengajaran tidak dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan, tanpa bahan ajar.
Masing-masing komponen dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek pendidikan bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa.
Siswa adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru. (Sardiman, 2001: 109)

2.Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005: 144).

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator dan fasilitator, dan (4) sebagai motivator.

3.Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan dan pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.

Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73). Lebih lanjut menurut Oemar Hamalik (2003: 73) bahwasannya komponen tujuan pembelajaran, meliputi: (1) tingkah laku, (2) kondisi-kondisi tes, (3) standar (ukuran) perilaku.

4.Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.

5.Metode
Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak.

6.Sarana/Alat/Media
Agar materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaian dengan tujuan, anak, materi, dan metode pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
7.Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu yang belum mencapai ketuntasan. (Madjid, 2005: 224)

8. Lingkungan
Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung. Semua komponen pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa, sehingga belajar anak dapat maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.

Mengelola lingkungan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-hal yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa dimensi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya.

Borden (2001: 71) menyarankan agar setiap anak mempunyai ruang gerak sedikitnya tiga meter persegi. Madrasah Jenderal Sudirman memiliki ruang kelas yang cukup representative yaitu dengan ukuran 6 x 8 meter persegi.

Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu: (1) tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) peserta didik atau siswa, (3) tenaga kependidikan khususnya guru, (4) perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, (5) strategi pembelajaran, (6) media pembelajaran, dan (7) evaluasi pembelajaran.
Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara komponen. Misalnya komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen guru, metode/media, perlengkapan/peralatan, dan lingkungan kelas yang mengarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran.
Namun apabila dicermati lebih mendalam satu persatu unsur-unsur selain guru, yakni konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana, tidak dapat menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah posisinya, namun disisi lain guru yang profesional mampu mengubah, mengupayakan atau memanipulasi ke-5 (lima) variabel tersebut untuk kepentingan pembelajaran yang ia kehendaki.
·         Guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, media, sarana adalah unsur yang dapat berpengaruh kepada kualitas belajar dan pembelajaran.
·         Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi.
·         Guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembelajaran, menurut kualitas yang dikehendaki.
Ada sejumlah alasan mengapa pendekatan sistem dalam desain pembelajaran efektif digunakan. Pertama, karena lebih fokus dari permulaan, apa yang harus pebelajar ketahui atau yang mampu mereka lakukan ketika pembelajaran disimpulkan. Tanpa statemen yang tepat, rencana teratur, langkah-langkah implementasi maka akan menjadi kabur dan tidak efektif. Kedua, hubungan antara setiap komponen sangat jelas terutama hubungan antara strategi pembelajaran dengan hasip (outcome) belajar yang diharapkan. Ketiga dan merupakan alasan yang paling penting dalam rangka keberhasilan pendekatan sistem adalah prosesnya yang empiris dan dapat diuji kembali. Pembelajaran didesain bukan untuk satu penyampaian saja tetapi digunakan dalam kesempatan di mana saja dan diperuntukkan pada kesempatan di mana saja dan jumlah pembelajar berapa pun juga.














BAB III
KESIMPULAN

Dalam proses belajar mengajar di kelas keaktifan siswa sangat penting.Karena keaktifan siswa di kelas merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi ,baik itu motivasi ekstrinsik maupun intrinsik.
Untuk itulah seorang guru harus mampu mendesain model pembelajaran ,agar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berjalan efektif dan efisien ,sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek proses dan aspek produk. Keberhasilan pembelajaran dari sisi produk adalah keberhasilan siswa  mengenai hasil yang diperoleh  dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan seperti ini cenderung mengkerdilkan  makna pembelajaran itu sendiri.
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran, meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan. Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.











DAFTAR PUSTAKA






1 komentar: