BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan oleh dua orang
pelaku yaitu murid dan guru. Perilaku guru adalah mengajar. Sedang perilaku siswa
adalah belajar. Madeline Hunter mengatakan bahwa mengajar adalah sebuah proses
memuat dan melaksanakan sebuah keputusan, selama, dan sesudah
proses pembelajaran. Belajar kini dikonsepsionalisasikan dengan aktivitas siswa untuk
melakukan eksplorasi, kajian, pembahasan dan penyimpulan, sementara guru
menjadi fasilitator dan atau mitra bagi siswa dalam belajar.
Seorang guru harus mampu menimbulkan
semangat belajar secara individu, sebab masing-masing anak mempunyai perbedaan
di dalam pengalaman, kemampuan, dan sifat pribadi. Dengan adanya semangat
belajar diharapkan dapat timbul kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk
mengembangkan kemampuan berfikirnya dengan penuh inisiatif, dan kreatif dalam
pekerjaannya. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal
fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di
benak mereka sendiri.
Pada proses
belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan
kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang
mengalami sendiri, menemukan sendiri secara berkelompok seperti bermain, maka
anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar. Upaya peningkatan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa tidak
terlepas dari berbagai faktor yang memengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik. Suasana kelas perlu direncanakan
dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain
sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Untuk itulah perlunya guru menyusun dan
mendesain Model Pembelajaran yang tepat agar kegiatan belajar di kelas betul
–betul mampu memotivasi siswa dan menumbuhkan keaktifan siswa.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah maka masalah yang akan dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
·
Perlunya seorang guru memahami
pengertian sistem dan desain pembelajaran.
·
Bagaimanakah
pendekatan sistem dalam desain pembelajaran.
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar penulis
mampu :
·
Memahami pengertian sistem dan desain
pembelajaran
·
Memahami pendekatan
sistem dalam desain pembelajaran
BAB .II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem dan Desain Pembelajaran
Sistem adalah suatu set dari bagian-bagian yang saling berhubungan,
semuanya bekerja sama menuju tujuan yang didefinisikan. Bagian-bagian dari
sistem saling bergantung pada output (luaran) dan input
(masukan), dan seluruh sistem menggunakan umpan balik untuk menunjukkan tujuan
yang ingin dicapai. Jika tidak tercapai, maka sistem dimodifikasi sampai
mencapai tujuan yang diinginkan. Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai
suatu sistem. Tujuan sistem ini untuk menyempurnakan belajar. Adapun komponen
dari sistem pembelajaran adalah pebelajar, instruktur, materi pembelajaran, dan
lingkungan belajar. Komponen-komponen ini berinteraksi agar tujuan dapat
dicapai. Misalnya, dalam suatu ruangan tradisional, instruktur mereviu contoh
persoalan di dalam buku teks atau buku petunjuk dengan pebelajar di dalam suatu
ruangan yang tenang. Untuk menunjukkan apakah belajar itu terjadi, maka asesmen
harus dilakukan.
Istilah sistem meliputi spektrum konsep yang sangat
luas. Sebagai misal, seorang manusia, organisasi, mobil, susunan tata surya
merupakan sistem dan masih banyak lagi. Semua contoh tersebut memiliki batasan
sendiri-sendiri yang satu sama lain berbeda. Meskipun demikian terdapat
kesamaan dari segi prosesnya dalam hal ini terdapat masukan dan menghasilkan
keluaran. Itulah sebabnya pengertian sistem tidak lain adalah suatu kesamaan
unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang
memperoleh masukan menjadi keluaran.
Diskusi mengenai proses pembelajaran hanya terfokus pada waktu
ketika pebelajar dan pembelajaran hadir bersama di dalam ruangan kelas dengan
tujuan belajar dapat terjadi; tetapi bagaimana dengan persiapan terhadap proses
pembelajaran? Bagaimana instruktur memutuskan apa yang dilakukan dan kapan?
Bukan suatu hal yang mengejutkan ketika seseorang dengan suatu pandangan sistem
melihat persiapan, implementasi, evaluasi, dan revisi pembelajaran sebagai
suatu proses yang terintegrasi. Dengan pengertian sistem yang lebih luas,
berbagai sumber menyediakan input (masukan) pada persiapan pembelajaran.
Output (luarannya) adalah beberapa produk atau kombinasi dari produk
dan prosedur yang diimplementasikan. Hasilnya digunakan untuk menunjukkan
apakah sistem harus diganti, dan jika demikian bagaimana melakukannya.
Desain
secara bahasa adalah kerangka bentuk,rancangan. Secara istilah Dewi Salma Prawiradilaga mengatakan desain
pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses
belajar seseorang.
Dick and
Carey pakar teknologi pendidikan menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan
pemikiran suatu desain pembelajaran umumnya pendekatan sitem terdiri atas
analisis ,desain, pengembangan
,implementasi ,dan evaluasi.desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang
dilaksanakan pada pendekatan sistem. Teori
belajar, teori evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori –teori
yang melandasi desain pembelajaran.
Dalam
Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas disebutkan Desain Pembelajaran
adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu
agar terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta
didik.Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik
,perumusan tujuan pembelajaran dan merancang perlakuan berbasis media untuk
membnatu terjadinya transisi. ( id.wikipedia org / wiki/desain pembelajaran).
Sejumlah hasil penelitian telah
dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang keseluruhan efektivitas pendekatan
sistem dalam desain pembelajaran. Walaupun telah banyak penelitian telah
dilakukan seputar berbagai komponen, tetapi studi mendalam yang melibatkan
keseluruhan model masih amat sangat jarang karena tingkat kesulitannya sangat
tinggi untuk dilakukan. Beberapa studi yang telah dipublikasikan cenderung
memberi dukungan kuat pada pendekatan. Sedangkan, yang memberi dukungan utama
pada model berasal dari para perancang yang telah menggunakan proses dan telah
mendokumentasikan kesuksesan mereka bersama pebelajar.
Pembelajaran merupakan suatu sistem
yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek
proses dan aspek produk. Keberhasilan pembelajaran dari sisi produk adalah
keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan
proses pembelajaran. Keberhasilan seperti ini cenderung mengkerdilkan
makna pembelajaran itu sendiri.
B. Pendekatan Sistem dalam Desain Pembelajaran
Pendekatan sistem yang
diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam
psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi
behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran,
meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan
hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan.
Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Ciri-ciri pendekatan sistem
pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni (1) pendekatan sistem sebagai
suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung
kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan
memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif; (2) penggunaan
metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses
pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran.
Pola pendekatan sistem
pembelajaran, menurut Oemar Hamalik (2002: 9), melalui langkah-langkah sebagai
berikut: (1) identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah); (2)
analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran
(analisis masalah); (3) merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan
suatu pemecahan); (4) pelaksanaan pembelajaran (eksperimental); dan (5) menilai
dan merevisi.
Dari uraian di atas, dapat
penulis rumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran efektif dan efisien
dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam pendekatan
sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal harus
didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi tujuan, siswa,
guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.
Masing-masing komponen memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi dari beberapa
komponen-komponen tersebut guru merupakan komponen terpenting dalam
pembelajaran, karena guru bersifat dinamis, sehingga dapat mengelola dan
menggerakkan komponen-komponen yang lain.
Dalam pendekatan sistem,
pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain
saling mendukung. Komponen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas
pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2001: 77) pembelajaran sebagai suatu
sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan
berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu
sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan,
(4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8)
Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri
sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan
bersama-sama untuk mencapai tujuan. (Soetopo, 2005: 143).
Kedelapan komponen tersebut
rupanya tidak ada satupun komponen yang dapat dipisahkan satu sama lain karena
dapat mengakibatkan tersendatnya proses belajar-mengajar. Misalnya pengajaran
tidak dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa, tanpa tujuan,
tanpa bahan ajar.
Masing-masing
komponen dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.Siswa
1.Siswa
Teori
didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses
belajar mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek pendidikan
bergeser sebagai subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua
pelaksanaan pendidikan. tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa
harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai
siswa.
Siswa
adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara
sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai
administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah
membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang
harus dikembangkan oleh guru. (Sardiman, 2001: 109)
2.Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005: 144).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu: (1) sebagai demonstrator, lecturer (pengajar), (2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator dan fasilitator, dan (4) sebagai motivator.
3.Tujuan
Tujuan
yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum
pembelajaran sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses pembelajaran tanpa
tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan dan
pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun
berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73). Lebih lanjut menurut Oemar Hamalik (2003: 73) bahwasannya komponen tujuan pembelajaran, meliputi: (1) tingkah laku, (2) kondisi-kondisi tes, (3) standar (ukuran) perilaku.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73). Lebih lanjut menurut Oemar Hamalik (2003: 73) bahwasannya komponen tujuan pembelajaran, meliputi: (1) tingkah laku, (2) kondisi-kondisi tes, (3) standar (ukuran) perilaku.
4.Materi
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
5.Metode
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.
5.Metode
Metode
mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus
dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi
pembelajaran, serta karakteristik anak.
6.Sarana/Alat/Media
Agar materi
pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses
belajar-mengajar digunakan alat pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa
benda yang sesungguhnya, imitasi, gambar, bagan, grafik, tabulasi dan
sebagainya yang dituangkan dalam media. Media itu dapat berupa alat elektronik,
alat cetak, dan tiruan. Menggunakan sarana atau alat pembelajaran harus disesuaian
dengan tujuan, anak, materi, dan metode pembelajaran.
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002: 17) diperlukan tenaga pengajar yang handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
7.Evaluasi
Evaluasi
dapat digunakan untuk menyusun graduasi kemampuan anak didik, sehingga ada
penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan
secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan efektif. Dan evaluasi dilaksanakan
berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
Guru
harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar
keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai kompetensi
dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan catatan guru memberikan
perbaikan (remidial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dengan adanya
evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau individu yang
belum mencapai ketuntasan. (Madjid, 2005: 224)
8. Lingkungan
8. Lingkungan
Lingkungan
pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting demi suksesnya belajar
siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan
alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung. Semua komponen
pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa, sehingga belajar anak dapat
maksimal untuk mencapai hasil yang maksimal pula.
Mengelola lingkungan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas bukan merupakan tugas yang ringan. Oleh karenanya guru harus banyak belajar. Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-hal yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa dimensi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan Anderson (1980), peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya.
Borden (2001: 71) menyarankan agar setiap anak mempunyai ruang gerak sedikitnya tiga meter persegi. Madrasah Jenderal Sudirman memiliki ruang kelas yang cukup representative yaitu dengan ukuran 6 x 8 meter persegi.
Adapun menurut Oemar Hamalik (2001: 77), komponen-komponen pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu: (1) tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) peserta didik atau siswa, (3) tenaga kependidikan khususnya guru, (4) perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, (5) strategi pembelajaran, (6) media pembelajaran, dan (7) evaluasi pembelajaran.
Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara komponen. Misalnya komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen guru, metode/media, perlengkapan/peralatan, dan lingkungan kelas yang mengarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran.
Namun apabila dicermati lebih
mendalam satu persatu unsur-unsur selain guru, yakni konteks, siswa, kurikulum,
metode, dan sarana, tidak dapat menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah
posisinya, namun disisi lain guru yang profesional mampu mengubah, mengupayakan
atau memanipulasi ke-5 (lima) variabel tersebut untuk kepentingan pembelajaran
yang ia kehendaki.
·
Guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, media,
sarana adalah unsur yang dapat berpengaruh kepada kualitas belajar dan
pembelajaran.
·
Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu
mengubah unsur-unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang lain
tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi.
·
Guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat
penting bagi terwujudnya pembelajaran, menurut kualitas yang dikehendaki.
Ada sejumlah alasan mengapa
pendekatan sistem dalam desain pembelajaran efektif digunakan. Pertama,
karena lebih fokus dari permulaan, apa yang harus pebelajar ketahui atau yang
mampu mereka lakukan ketika pembelajaran disimpulkan. Tanpa statemen yang
tepat, rencana teratur, langkah-langkah implementasi maka akan menjadi kabur
dan tidak efektif. Kedua, hubungan antara setiap komponen sangat jelas
terutama hubungan antara strategi pembelajaran dengan hasip (outcome) belajar
yang diharapkan. Ketiga dan merupakan alasan yang paling penting dalam
rangka keberhasilan pendekatan sistem adalah prosesnya yang empiris dan dapat
diuji kembali. Pembelajaran didesain bukan untuk satu penyampaian saja tetapi
digunakan dalam kesempatan di mana saja dan diperuntukkan pada kesempatan di
mana saja dan jumlah pembelajar berapa pun juga.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam
proses belajar mengajar di kelas keaktifan siswa sangat penting.Karena
keaktifan siswa di kelas merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran. Siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi ,baik
itu motivasi ekstrinsik maupun intrinsik.
Untuk
itulah seorang guru harus mampu mendesain model pembelajaran ,agar dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berjalan efektif dan efisien ,sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran merupakan suatu
sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni
aspek proses dan aspek produk. Keberhasilan pembelajaran dari sisi produk
adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan
mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan seperti ini cenderung mengkerdilkan
makna pembelajaran itu sendiri.
Pendekatan sistem yang
diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam
psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi
behavioristik dan humanistik. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran,
meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan
hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan.
Sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
DAFTAR PUSTAKA
http://wanipintar.blogspot.com/2009/10/pendekatan-sistem-dalam-desain.html diakses tanggal
31 oktober 2012.
http://www.referensimakalah.com/2012/06/pengertian-desain-pembelajaran.html diakses tanggal
31 oktober 2012
http://www.scribd.com/doc/11552003/Konsep-Disain-Pembelajaran diakses tanggal
30 oktober 2012
http://www.majalahpendidikan.com/2011/03/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran.html diakses tanggal 31 oktober 2012.
makasih sharingnya, sangat bermanfaat
BalasHapus